
BPSIP Jambi sebagai Narasumber Pelatihan GAP Jagung
MUARO JAMBI - Desa Pematang Gajah yang berada di pinggiran Kota Jambi dan Kab. Muaro Jambi, memiliki luas wilayah 280,12 km2, sebagian besar mata pencarian masyarakat adalah pedagang dan petani. Salah satu program di Desa Pematang Gajah ialah mengarahkan petani untuk membudidayakan tanaman jagung, hal ini dikarenakan jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki pasar cukup luas dengan harga cukup stabil. Berdasarkan hal tersebut pemerintah desa tanggal 13 Mei 2024 mengadakan kegiatan pelatihan budidaya jagung atau Good Agricultural Practices/GAP bagi petani.
Joko Supriyanto, SP dari BPSIP Jambi hadir sebagai narasumber. Pelatihan dilaksanakan di aula kantor desa, dimulai pulkul 8.00 wib s/d 15.00 wib, jumlah peserta sebanyak 30 orang petani. Acara dibuka oleh Camat Pijioan Suharyanto, S.H.I, dihadiri Kepala Desa beserta perangkatnya. Waktu pelatihan dibagi 2 sesi yaitu penyampaian materi 1 jam kemudian sisa waktunya untuk diskusi.
Materi yang disampaikan, diantaranya: (1) Penentuan pH tanah dan penambahan dolomit (2 ton/ha meningkatkan pH 1 poin), (2) Pengolahan secara sempurna dengan traktor, dan pengapuran, (3) Menyiapkan benih (komposit, Hibrida), (4) Menyiapkan pupuk organik/pukan untuk pupuk dasar, (5) Penanaman: jarak tanam 25 cm x 75 cm, per lobang 1-2 benih, kemudian lobang ditutup dengan pupuk kandang, (6) Penyulaman, tidak boleh lebih dari tujuh hari setelah penanaman, (7) Penyiramam secara teratur, pengendalian gulma tahap 1, (8) Pemupukan dengan dosis 200 kg NPK / ha dan urea 100/ ha. Pupuk di berikan 2 kali yaitu: 40% pada masa pertumbuhan vegetatif dan 60% diberikan masa generatif. Pemupukan tahap 1 diberikan pada umur tanaman 14 s/d 21 hst (5 gram NPK dan 5 gram urea /tanaman). (9) Pengendalian gulma ke- 2 pemupukan ke -2, dosis 10 gram NPK ditambah urea 5 gram /tanaman, (10) Pembumbunan, (11) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, (12) Pemanenan, (13) Pascapanen.
Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan, hal ini karena sebagian besar petani belum pernah menanam jagung. Selanjutnya sesi diskusi yaitu dibagi secara kelompok, masing-masing anggota kelompok memberikan pertanyaan ataupun saran. Para petani mengharapkan pemerintah desa ke depan bisa membuat program memproduksi jagung dan memberikan bantuan sarana produksi kepada petani.